Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul
pun dimulai. Aku duduk
diseberang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk
berdampingan dengan
perempuan itu, membuat hati ini
cemburu, ingin berteriak
mengatakan, “Ayah jangan!!”,
tapi aku ingat akan kondisiku.
Jantung ini berdebar kencang saat
mendengar ijab-qabul tersebut.
Begitu ijab-qabul selesai, aku
menarik napas panjang. Tante Lia,
tante yang baik itu, memelukku..
Dalam hati aku berusaha untuk
menguatkan hati ini. Ya… aku
kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka
duduk bersanding dipelaminan.
Orang-orang yang hadir di acara
resepsi itu iba melihatku, mereka
melihatku dengan tatapan sangat
aneh, mungkin melihat wajahku
yang selalu tersenyum, tapi
dibalik itu.. hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku
langsung masuk ke dalam rumah
begitu saja. Tak mencuci kakinya.
Aku sangat heran dengan
perilakunya. Apa iya, dia tidak
suka dengan pernikahan ini?
Sementara itu Desi disambut
hangat di dalam keluarga
suamiku, tak seperti aku dahulu,
yang di musuhi.
Malam ini aku tak bisa tidur,
bagaimana bisa? Suamiku akan
tidur dengan perempuan yang
sangat aku cemburui. Aku tak
tahu apa yang sedang mereka
lakukan didalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku
ingin sholat lail aku keluar untuk
berwudhu, lalu aku melihat ada
lelaki yang mirip suamiku tidur
disofa ruang tengah. Kudekati lalu
kulihat. Masya Allah.. suamiku tak
tidur dengan wanita itu, ia
ternyata tidur disofa, aku duduk
disofa itu sambil menghelus
wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia
memegang tangan kiriku, tentu
saja aku kaget.
“Kamu datang ke sini, aku pun
tahu”, ia berkata seperti itu. Aku
tersenyum dan megajaknya sholat
lail. Setelah sholat lail ia berkata,
“ maafkan aku, aku tak boleh
menyakitimu, kamu menderita
karena ego nya aku. Besok kita
pulang ke Jakarta, biar Desi
pulang dengan mama, papa dan
juga adik-adikku ”
Aku menatapnya dengan penuh
keheranan. Tapi ia langsung
mengajakku untuk istirahat. Saat
tidur ia memelukku sangat erat.
Aku tersenyum saja, sudah lama
ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah
Engkau akan menyuruh malaikat
maut untuk mengambil nyawaku
sekarang ini, karena aku telah
merasakan kehadirannya saat ini.
Tapi.. masih bisakah engkau
ijinkan aku untuk merasakan
kehangatan dari suamiku yang
telah hilang selama 2 tahun ini..
Suamiku berbisik, “Bunda kok
kurus?”
Aku menangis dalam kebisuan.
Pelukannya masih bisa aku
rasakan.
Aku pun berkata, “Ayah kenapa
tidak tidur dengan Desi?”
”Aku kangen sama kamu Bunda,
aku tak mau menyakitimu lagi.
Kamu sudah sering terluka oleh
sikapku yang egois. ” Dengan
lembut suamiku menjawab seperti
itu.
Lalu suamiku berkata, ”Bun,
Ayah minta maaf telah
menelantarkan bunda.. Selama
ayah di Sabang, ayah dengar
kalau bunda tidak tulus mencintai
ayah, bunda seperti mengejar
sesuatu, seperti mengejar harta
ayah dan satu lagi.. ayah pernah
melihat sms bunda dengan
mantan pacar bunda dimana
isinya kalau bunda gak mau
berbuat “seperti itu” dan
tulisan seperti itu diberi tanda
kutip (“seperti itu”). Ayah
ingin ngomong tapi takut bunda
tersinggung dan ayah berpikir
kalau bunda pernah tidur
dengannya sebelum bunda
bertemu ayah, terus ayah
dimarahi oleh keluarga ayah
karena ayah terlalu memanjakan
bunda.. ”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh
suamiku, ketika tidak ada
kepercayaan di dirinya, hanya
karena omongan keluarganya
yang tidak pernah melihat betapa
tulusnya aku mencintai pasangan
seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab, “Aku
sudah ceritakan itu kan Yah.. Aku
tidak pernah berzinah dan aku
mencintaimu setulus hatiku, jika
aku hanya mengejar hartamu,
mengapa aku memilih kamu?
Padahal banyak lelaki yang lebih
mapan darimu waktu itu Yah.. Jika
aku hanya mengejar hartamu, aku
tak mungkin setiap hari menangis
karena menderita
mencintaimu.. “
Entah aku harus bahagia atau aku
harus sedih karena sahabatku
sendirian dikamar pengantin itu.
Malam itu, aku menyelesaikan
masalahku dengan suamiku dan
berusaha memaafkannya beserta
sikap keluarganya juga.
Karena aku tak mau mati dalam
hati yang penuh dengan rasa
benci.
***
Keesokan harinya…
Ketika aku ingin terbangun untuk
mengambil wudhu, kepalaku
pusing, rahimku sakit sekali.. aku
mengalami pendarahan dan
suamiku kaget bukan main, ia
langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar
suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat
wajah suamiku penuh dengan
rasa kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku
dengan erat.. Dan mengatakan,
” Bunda, Ayah minta maaf…”
Berkali-kali ia mengucapkan hal
itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa
yang terjadi padaku?
Aku berkata dengan suara yang
lirih, ”Yah, bunda ingin pulang..
bunda ingin bertemu kedua orang
tua bunda, anterin bunda kesana
ya, Yah.. ”
“Ayah jangan berubah lagi ya!
Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang
banget sama Ayah.”
Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat
sakit, sakitnya semakin keatas,
kakiku sudah tak bisa bergerak
lagi.. aku tak kuat lagi memegang
tangan suamiku. Kulihat wajahnya
yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum mata ini tertutup,
kulafazkan kalimat syahadat dan
ditutup dengan kalimat tahlil.
Aku bahagia melihat suamiku
punya pengganti diriku..
Aku bahagia selalu melayaninya
dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia
mengalami kesulitan dari kami
pacaran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia
adalah nafasku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan
aku telah hadir didalam
kehidupan anakmu sampai aku
hidup didalam hati anakmu.
Ketahuilah Ma.. dari dulu aku
selalu berdo ’a agar Mama
merestui hubungan kami.
Mengapa engkau fitnah diriku
didepan suamiku, apa engkau
punya buktinya Ma?
Mengapa engkau sangat cemburu
padaku Ma?
Fikri tetap milikmu Ma, aku tak
pernah menyuruhnya untuk
durhaka kepadamu, dari dulu aku
selalu mengerti apa yang kamu
inginkan dari anakmu, tapi
mengapa kau benci diriku..
Dengan Desi kau sangat baik
tetapi denganku menantumu kau
bersikap sebaliknya.. ”
***Setelah ku buka laptop, kubaca
curhatan istriku.
==========================
===========================
Ayah, mengapa keluargamu
sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah..
Mengapa mereka bisa baik
terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu
Dian di jalan, aku menegurnya
karena dia adik iparku tapi aku
disambut dengan wajah
ketidaksukaannya. Sangat terlihat
Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku,
Dian sangat baik, sangat manis
dan ia memanggilku dengan
panggilan yang sangat
menghormatiku. Mengapa seperti
itu ayah ?
Aku tak bisa berbicara tentang ini
padamu, karena aku tahu kamu
pasti membela adikmu, tak ada
gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang
sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit
bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini
pada suamiku, ia akan pasti
membela Desi dan
ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi..
Ya Allah kuatkan aku, maafkan
aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya
Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah
tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah,
aku tak akan bermanja-manja lagi
padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan
ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun
penyakit kanker ini terus
menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua
sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah
dengan perempuan itu.
Perempuan yang aku benci, yang
aku cemburui, tapi aku tak boleh
egois, ini untuk kebahagian
keluarga suamiku. Aku harus
sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau
diduakan olehmu..
Mengapa harus Desi yang menjadi
sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela..
Tapi aku harus ikhlas
menerimanya.
Pagi nanti suamiku
melangsungkan pernikahan
keduanya. Semoga saja aku masih
punya waktu untuk melihatnya
tersenyum untukku. Aku ingin
sekali merasakan kasih sayangnya
yang terakhir. Sebelum ajal ini
menjemputku.
”Ayah.. aku kangen Ayah..”
============================
’’Dan kini aku telah
membawamu ke orang tuamu,
Bunda..
Aku akan mengunjungimu
sebulan sekali bersama Desi di
Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu
bunga mawar yang berwana pink
yang mencerminkan keceriaan
hatimu yang sakit tertusuk
duri. ’’
Bunda tetap cantik, selalu
tersenyum disaat tidur..
Bunda akan selalu hidup dihati
ayah..
Bunda.. Desi tak sepertimu, yang
tidak pernah marah..
Desi sangat berbeda denganmu, ia
tak pernah membersihkan
telingaku, rambutku tak pernah di
creambathnya, kakiku pun tak
pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah
menelantarkanmu selama 2
tahun, kamu sakit pun aku tak
perduli, hidup dalam
kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak
menelantarkan Bunda, mungkin
Ayah masih bisa tidur dengan
belaian tangan Bunda yang halus..
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah
sangat membutuhkan bunda..
Bunda.. kamu wanita yang paling
tegar yang pernah kutemui..
Aku menyesal telah asik dalam ke-
egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur
tetap manis. Senyum manjamu
terlihat di tidurmu yang panjang..
’’Maafkan aku, tak bisa
bersikap adil dan
membahagiakanmu, aku selalu
meng-iyakan apa kata ibuku,
karena aku takut menjadi anak
durhaka.
Maafkan aku ketika kau di fitnah
oleh keluargaku, aku percaya
begitu saja..
Apakah Bunda akan mendapat
pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti
ayah disana? Tetap setia dialam
sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda
menunggu ayah di sini.. Aku mohon
"Ayah sayang Bunda,,,,"




THE END,,,,