• 1. SYAKHSIYAH DA’IYAH(KEPRIBADIAN DA’IYAH)
  • 2. “Di antara orang-orang mukmin itu adaorang-orang yangmenepati apa yangtelah mereka janjikankepada Allah. Dan diantara mereka adayang gugur, dan diantara mereka ada(pula) yangmenunggu-nunggudan merekasedikitpun tidakmerubah (janjinya)”.(QS. Al-Ahzab/33:23)
  • 3. Pendahuluan• Ahdaf (sasaran) Dakwah : Terbentuknya kader dakwah yang memiliki syakhsiyah islamiyah dan syakhsiyah daiyah• Maksudnya : Kader yang tidak hanya menikmati dakwah, tetapi kader yang mau bergerak untuk dakwah• Allah swt berfirman, "Dan tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam." (QS. Al-Anbiya: 107)
  • 4. Dasar PemikiranSejak awal dakwahnya, Rasulullah saw. selaluberpesan kepada orang-orang yang barumasuk Islam dan menerima berbagai ilmu daribeliau untuk mengajarkan dan menyampaikanilmu itu kepada orang lain, terutama keluarga."Sekarang pulanglah kamu kekampungmu, dan ajarkanlah kepada merekaapa yang telah kamu peroleh dariku,”
  • 5. Dasar PemikiranSecara garis besar, syakhsiyah daiyahdigambarkan di dalam Al-Quran denganfirman-Nya: "Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutikumengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah(argumentasi) yang nyata, Maha SuciAllah, dan aku tiada termasuk orang-orangyang musyrik." (QS. 12: 108)
  • 6. Sifat Shaksiyyah Da’iyah• Pertama, memiliki ruhul-izzah (semangat kewibawaan) untuk mengatakan hadzihi sabili (inilah jalanku: Islam).• Kedua, aktifitas dakwah yang dilakukan oleh seorang dai harus berkesinambungan (istimrariyah), tidak boleh terhenti dan terjegal oleh apa pun.
  • 7. Pertama, Memiliki Ruhul-izzah• Seorang Da’i harus memiliki keyakinan dan kebanggaan akan Islam serta keberanian tampil untuk membawa segala identitas Islam.• Firman Allah "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka, Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
  • 8. Kedua, Aktifitas Dakwah yang Istimrariyah Dakwah tidak boleh berhenti melaju di jalan kehidupan walaupun dengan cara merangkak atau bahkan tiarap sekalipun. Dalam keadaan apa pun dakwah tidak boleh istirahat. Sebab istirahatnya dakwah sama dengan memberi peluang leluasa untuk penghancuran sendi- sendi kehidupan umat manusia.
  • 9. Kekuatan Ruhiyah Seorang Dai• Al-Anfal ayat 29: “Hai orang–orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosamu). Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”• Takwa merupakan bekal utama bagi seorang mukmin, terlebih sebagai dai.
  • 10. Pengertian TakwaSayyid Qutb menjelaskan dalam tafsirnya Fii ZhilalilQur’an’,“Itulah takwa. (yaitu) hati yang sensitif, perasaan yangjernih, ketakutan yang terus menerus (kepadaAllah), kewaspadaan yang tidak henti-hentinya danmenjauhi duri-duri jalan, yaitu jalan kehidupan yangsenantiasa diliputi pengharapan yang tak bermaknadan syahwat, duri-duri ketamakan dan ambisi, duri-duriketakutan dan kecemasan, duri-duri takut terhadapsesuatu yang tidak mempunyai manfaat maupunmudarat, dan berpuluh-puluh duri-duri yang lain.”
  • 11. Modal Menjadi Da’i yang Takwa• Pertama, al-Iman (keimanan)• Kedua, al-Ikhlas (keikhlasan)• Ketiga, asy-syaja’ah (keberanian)• Keempat, ash-shabru (kesabaran)• Kelima, at-tafa’ul (optimisme)
  • 12. Al-Iman (keimanan)• Seorang dai mesti meyakini Allah swt. dalam segala ruang lingkupnya. Yakin akan ajaran-Nya, yakin terhadap pembelaan-Nya, yakin dengan balasan dan sanksi yang dijanjikan-Nya.• Modal keimanan ini tidak boleh berkurang sama sekali. Bila perlu senantiasa surplus sehingga dapat memudahkan diri mengemban amanah dakwah ini.• Al Ahzab ayat 22–23. “Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan- golongan yang bersekutu itu, mereka Berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”
  • 13. Al-Ikhlas (keikhlasan)• Maknanya adalah senantiasa berharap hanya pada Allah swt. sehingga ia tidak kendur dalam meniti jalan panjang ini.• Seorang pengemban dakwah ini selayaknya selalu memiliki daya tahan terhadap rayuan dunia. Dalam hatinya hanya balasan dan keridhaan Allah semata yang paling berharga.• Al-Kahfi ayat 28. “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
  • 14. Asy-syaja’ah (keberanian)• Seorang dai mesti berani berdiri di atas jalan yang penuh resiko ini. Keberanian membuat dirinya tidak pernah surut dalam melangkah. Berani sebagai prinsip para ksatria dakwah.• Seorang dai tahu betul bahwa yang ia bawa adalah kebenaran sehingga rasa takutnya hanya pada Allah swt. dan siksa-Nya yang amat pedih.• Keberanian ini juga bersumber dari keyakinannya pada ketentuan Allah yang telah digariskan untuknya. Sebagaimana nasihat Rasulullah saw. kepada Ibnu Abbas r.a. agar yakin pada takdir yang ditetapkan Allah swt. akan mudharat dan mashalat yang berlaku pada dirinya.• Al-Maidah ayat 44. ... Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku ...
  • 15. Ash-shabru (kesabaran)• Sabar terhadap jalan yang ditempuh dan sabar terhadap orang-orang yang didakwahinya. Kesabaran menjadi kunci sukses dalam jalan ini. Ia tidak tergesa-gesa untuk mencapai hasil.• Sebagaimana ungkapan Hasan Al Banna, “Barangsiapa yang tergesa-gesa ingin memetik buah sebelum masanya, maka tinggalkanlah jalan ini. Dan barangsiapa yang bersabar, marilah jalan bersamaku.” Sebab, kesabaran modal menuju kemenangan.• Perhatikan surat Ali Imran ayat 200. “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
  • 16. At-tafa’ul (optimisme)• Seorang dai harus mengokohkan bangunan optimisnya agar selalu penuh harapan dan tidak ada ruang kekecewaan sekecil apapun dalam jiwanya.• Sebagaimana Rasulullah saw. di saat menghadapi cemoohan masyarakat Thaif. Beliau masih memiliki harapan yang besar dengan menyatakan, “Aku berharap anak cucu mereka dapat menerima seruan kelak.” Dan ternyata harapan itu terwujud.• Lihatlah surat Ali Imran ayat 139. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
  • 17. Do’a Ustadz Rahmat ”Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da’i penyeru iman…Kepada nenek moyang kami penyembah berhala…Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da’wah… Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran…Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini kepada generasi berikut kami… Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini dengan sikap malas dan enggan berda’wah, karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa”